Sore ini, entah ke berapa juta kali aku
merasa bersyukur ketika penjual itu lewat di depan rumah. Tak hanya di depan
rumah, tv juga. Dari kecil aku slalu merasa iba melihat mereka. Entahlah,
mungkin memang itu yang sepantasnya kita rasakan.
Mulai dari penjual makanan, alat rumah
tangga, bahkan benda seberat batu gilingan pun menjadi langganan para penjual
sebagai barang dagangan. Tenaga yang dikeluarkan tak sebanding dengan
penghasilan yang didapat. Iya kalo barang dagangannya habis, kalo nggak, kata
kasian yang slalu hadir dibenak kita akan keadaan merekapun sudah tak layak.
Rasanya lebih dari itu. Menghabiskan tenaga untuk mengayuh sepeda, atau bahkan
berjalan kaki. Sejak subuh hari sampai siang hari, bahkan ada juga yang berjualan
hingga larut malam.
Gimana ya, nasib anak-anak mereka?
Membayangkannya saja aku tak sanggup, apalagi melihat keadaan itu dengan nyata.
Kita bersyukur, dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berkecukupan. Kita
gak bisa memilih untuk dilahirkan di tengah keluarga yang kaya raya. Kalo bisa
milih,, gak ada orang miskin deh..
Setiap mereka lewat, pengen banget panggil
mereka agar aku bisa membeli barang sedikit. Setidaknya, membantu sebisa yang
aku mampu. Tapi terkadang, kalo aku gak cocok dengan apa yang mereka jual,
masak iya harus beli. Yaah,, itu, sedikit beban dihati. Paling enggak aku masih
bisa berdo’a untuk mereka.
Semoga apa yang mereka lakukan itu di
ridhoi oleh Allah SWT. Semoga mereka mendapat rezki yang lebih. Serta
ditabahkan hatinya atas sgala cobaan akan kehidupan ini. Semoga kehidupan
mereka menjadi lebih baik…. :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar